MAKALAH
UPAYA PENCEGAHAN HAZARD PSIKOSOSIAL
Disusun oleh
Kelompok 1 :
Abdur Rohman (18142010002)
Farahdina Ihsanti (18142010010)
Jannatul Ma’wa (18142010013)
Minawati Ningsih (18142010020)
Moh. Rachman Maulana (18142010021)
R. Muchlas Ahmad Abraham (18142010027)
Rifka Putri M (18142010028)
Ummi Syafira (18142010032)
Edy Sulistiono (18142010035)
Hani Faturrohmah (18142010037)
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES NGUDIA
HUSADA MADURA
TAHUN AJARAN
2019/2020
Kata Pengantar
Alhamdulillah, segala puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas karunia-Nya kami dapat meyelesaikan
makalah ini yang berjudul “UPAYA PENCEGAHAN HAZARD PSIKOSOSIAL”, walau masih
banyak kekurangan, kritik dan saran sangat kami harapkan agar dapat lebih baik
lagi dikemudian hari.
Pada kesempatan ini juga, kami
mengucapkan terimakasih kepada :
1.
Dr.
Mustofa Haris, S.Kp., M. Kes. Selaku Ketua Yayasan Ngudia Husada Madura.
2.
Dr.
M. Hasinuddin, S. Kep., Ns., M. Kep. Selaku Ketua STIKes Ngudia Husada Madura.
3.
Rahmad Septian Reza, S.Kep., Ns., M.Kep. Selaku dosen pembimbing.
4.
Orang
tua, keluarga serta teman-teman yang
telah ikut membantu dan mendukung serta saran yang juga turut membantu
kami dalam menyusun makalah ini.
Akhir kata kami mengucapkan
terimakasih, semoga hasil makalah kami ini bermanfaat, kami mohon maaf
sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan.
Bangkalan, November 2019
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ...........................................................................................................i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... . ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... . ii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2
1.4 Manfaat .......................................................................................................... 2
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2
1.4 Manfaat .......................................................................................................... 2
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Definisi Hazard ..................................................... ....................................... 3
2.2 Bahaya Psikososial ........................................................................................ 3
2.3 Kategori Hazard Psikososial ......................................................................... 4
2.4 Pengenalan Potensi Bahaya di Tempat Kerja ............................................... 5
2.5 Potensi Bahaya Psiko-Sosial ......................................................................... 6
2.1 Definisi Hazard ..................................................... ....................................... 3
2.2 Bahaya Psikososial ........................................................................................ 3
2.3 Kategori Hazard Psikososial ......................................................................... 4
2.4 Pengenalan Potensi Bahaya di Tempat Kerja ............................................... 5
2.5 Potensi Bahaya Psiko-Sosial ......................................................................... 6
2.6 Upaya Pencegahan Hazard
............................................................................ 7
2.7 ROLE PLAY
.................................................................................................
7
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 10
3.2 Saran ............. ............................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 10
3.2 Saran ............. ............................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
u
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keselamatan pasien adalah bebas dari
cideran fisik dan psikologis yang menjamin keselamatan pasien, melalui
penetapan system operasional, meminilisasi terjadinya kesalahan, mengurangi
rasa tidak aman pasien dalam sistem perawatan kesehatan dan meningkatkan
pelayanan yang optimal (canadian nursing association, 2004). International council nurse
(2002) mengatakan bahwa keselamtan pasien merupakan hal mendasar dalam mutu
pelayanan keperawatan. Peningkatan keselamatan pasien meliputi tindakan nyata
dalam rekrukmen, pelatihan dan retensi tenaga profesional, pengembangan
kinerja, menejemen resiko dan lingkungan yang aman, pengendalian infeksi,
penggunaan obat-obatan yang aman, peralatan dan lingkungan perawatan yang aman
serta akumulasi pengetahuan ilmiah yang terintegrasi serta berfokus pada
kesekamatan pasien yang di sertai dengan dukungan infrastruktur terhadap
pengembangan yang ada.
Menurut
international of medicine keselamatan pasien yang di definisikan sebagai freedom
from accidential injury di sebabkan karena erorr yang meliputi kegagalan suatu
perencanaan atau memakai rencana yang salah dalam mencapai tujuan.
Penulis berpendapat keselamatan pasien merupakan suatu sistem yang aman yang di lakukan oleh setiap tenaga kesehatan yang di mulai dari asessment, identifikasi sampai dengan analisis kejadian yang bertujuan untuk menngkatkan mutu pelayanan kesehatan.
Penulis berpendapat keselamatan pasien merupakan suatu sistem yang aman yang di lakukan oleh setiap tenaga kesehatan yang di mulai dari asessment, identifikasi sampai dengan analisis kejadian yang bertujuan untuk menngkatkan mutu pelayanan kesehatan.
Tujuan keselamatan pasien di rumah sakit menurut meliputi terciptanya
budaya keselamatan pasien di rumah sakit,meningkatnya akuntalitas rumah sakit
terhadap pasien dan masyarakat,menurunnya kejadian tidak di harapkan (KTD) di
rumah sakit,dan terlaksananya program-program pencengahan sehingga tidak
terjadi pengulangan kejadian tidak diharapakan.
Menurut institusi of medicine (IOM) (2008) tujuan keselamatan pasien ini
diantaranya pasien aman (terhindardari cedera),pelanayanan menjadi lebih
efektif dengan adanya bukti yang kuat terhadap terapi yang perlu atau tidak
perlu diberikan ke pasien,berfokus pada nilai dan kebutuhan pasien,pengurangan
waktu tunggu pasien dalam menerima pelayanan dan efisien dalam penggunaan
sumber-sumber yang ada.
Penulis berpendapat tujuan keselamatan pasien antara lain terciptanya
budaya keselamatan pasien,menurunnya kejadian yang tidak aman bagi pasien
(menurunnya KTD,KNC,kejadian sentinel).memberikan kepuasan bagi pasien maupun
pihak internal rumah sakit sendiri,dan mutu pelayanan kesehatan menjadi lebih
baik.tujuan keselamatan pasien sebagai arah dalam mencapai visi kedepan yaitu
terciptanya penerapan keselamatan pasien.
1.2 RumusanMasalah
1.
Apa Definsisi Hazard ?
2.
Apa yang Dimaksud Bahaya Psikososial ?
3.
Apa Saja Kategori Hazard Psikososial ?
4.
Jelaskan Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja ?
5.
Bagaimana Potensi bahaya Psiko-sosial ?
6. Bagaimana Upaya Pencegahan Hazard
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definsisi Hazard
2. Untuk Mengetahui Bahaya Psikososial
3. Untuk Mengetahui Kategori Hazard Psikososial
4. Untuk Mengetahui Pengenalan potensi bahaya di tempat
kerja
5. Untuk Mengetahui Potensi bahaya
Psiko-sosial
6. Untuk mengetahui Upaya Pencegahan
Hazard
1.4 Manfaat
Membuat kita mengetahui dan menambah
wawasan baru dalam mengetahui Definsi Hazard, Bahaya Psikososial, Kategori Hazard
Psikososial, Pengenalan Potensi Bahaya di Tempat Kerja, dan Potensi Bahaya
Psiko-sosial. Sehingga, mahasiswa mampu memahami dan membuat resume setelah
proses pembelajaran kelengkapan materi dan mahasiswa mampu memahami dan membuat
resume setelah ketepatan jawaban dalam resume.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Hazard
Suardi R.
(2005) menyatakan bahwa hazards adalah sesuatu yang berpotensi menjadi penyebab
kerusakan. Ini dapat mencakup substansi, proses kerja, dan atau aspek lainnya
dari lingkungan kerja.
Menurut A.M. Sugeng Budiono, dalam artikelnya “hazards” yang sering
disebut potensi bahaya merupakan sumber resiko yang potensial mengakibatkan
kerugian baik material, lingkungan maupun manusia.
Safety
Engineer Career Engineer Career Workshop (2003) mendefinisikan Hazard sebagai
kondisi fisik yang berpotensi menyebabkan kerugian / kecelakaan bagi manusia
atau lingkungan. Ketika hazard timbul, maka peluang terjadinya efek-efek yang
buruk tersebut akan muncul.
2.2 Bahaya Psikososial
Banyak peneliti yang mengobservasi bahwa kondisi kerja tidak hanya
menimbulkan penyakit akibat kerja tetapi juga memegang peranan penting dalam
hal kesehatan pekerja. Aspek psikologi dari pekerjaan telah menjadi subjek
penelitian sejak 1950 ( Jonhson, 1996; sauter at al., 1998 ). Awalnya psikologi
hanya ditujukan pada hambatan pekerja untuk beradaptasi terhadap aturan kerja
daripada terhadap potensi bahaya dari karakteristik lingkungan kerja yang
mungkin dirasakan pekerja ( Gardell, 1982). Tetapi dengan penelitian tentang
lingkungan kerja psikososial dan psikologi kerja pada tahun 1960 (
Johnson & Hall, 1996 ) fokus pembahasan telah beralih dari perspektif
individu ke arah pengaruh dari aspek lingkungan kerja terhadap kesehatan.
Bahaya
psikososial kerja dapat didefinisikan sebagai aspek-aspek dari desain kerja,
organisasi kerja dan manajemen kerja, serta segala aspek yang berhubungan
dengan lingkungan sosial kerja yang berpotensi dapat menyebabkan gangguan pada
psikologi dan fisik-fisiologi pekerja (Cox & Griffiths, 2002) dalam
Research on Work-Related Stress 2002.
Bahaya psikososial dapat disimpulkan menjadi beberapa aspek berdasarkan
kategori karakteristik kerja, organisasi dan lingkungan kerja dimana dapat
menyebabkan bahaya ( hazardous ). Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik kerja dapat
digunakan untuk menggambarkan bahaya kaitannya dengan hubungan kerja ( context
to work ) atau isi dari pekerjaan ( content of work ). Kondisi yang tak pasti
dari aspek kerja ini dapat menimbulkan stress dan berbahaya bagi kesehatan.
Banyak dari berbagai kejadian penyakit berhubungan dengan psikologi kesehatan
dan berisiko terkena penyakit jantung.
Bila seseorang sedang mempunyai masalah dalam keluarganya, kemudian ketika
dia sedang bekerja, dia selalu memikirkan masalah tersebut dan tidak fokus,
sehingga ada kemungkinan dia akan mendapatkan kecelakaan atau kejadian yang
tidak diinginkan.
Bahaya Psiko-sosial, yaitu potensi bahaya yang berasal atau
ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis ketenagakerjaan yang
kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian seperti :
1. Penempatan
tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian,
motivasi, temperamen atau pendidikannya.
Sistem seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai.
Sistem seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai.
2. Kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya sebagai
akibat kurangnya latihan kerja yang diperoleh.
3. Hubungan
antara individu yang tidak harmoni dan tidak serasi dalam organisasi kerja.
4. Pentingnya mempelajari Bahaya Psychosocial dan Stress Kerja adalah agar
produktivitas kerja dapat tetap terjaga.
2.3 Kategori Hazard Psikososial
Kategori kondisi yang menggambarkan bahaya Context to work fungsi dan
budaya organisasi komunikasi yang buruk, rendahnya dukungan untuk pemecahan
masalah dan pengembangan pribadi, kurangnya pemahaman terhadap tujuan
organisasiPeran dalam organisasiAmbiguitas dan konflik peran, tanggung jawab
terhadap orang lainPengembangan karir ketidakpastian dan stagnasi karir,
underpromotion atau overpromotion, insentif yang buruk, rendahnya nilai sosial
terhadap pekerjaan latitude keputusan/ pengendalian partisipasi yang rendah
pada pembuatan keputusan, kurangnya pengendalian terhadap pekerjaan
(pengendalian, khususnya pada bentuk partisipasi, termasuk juga konteks dan
wider organizational issue). Hubungan interpersonal pada pekerjaan Isolasi
sosial atau fisik, buruknya hubungan dengan atasan, konflik interpersonal,
kurangnya dukungan sosial Home-work interface konflik demand of work and home,
dukungan rendah dari rumah, masalah dualisme karir lingkungan kerja dan
perlengkapan kerja masalah yang berkaitan dengan reliabilitas, ketersediaan,
kesesuaian, serta pemeliharaan atau perbaikan terhadap peralatan dan fasilitas
desain tugas kurangnya keragaman dari siklus singkat kerja, fragmented atau
meaningless work, underuse of skills, tingginya ketidakpastianBeban kerja/
workpace beban kerja lebih atau kurang, kurangnya pengendalian terhadap over
pacing, tingginya tingkat tekanan waktu jadwal kerja waktu gilir kerja, jadwal
pekerjaan yang tidak fleksibel, waktu kerja yang tidak dapat diprediksi, waktu
yang panjang atau unsocial.
Bahaya psikososial ini secara langsung atau tidak akan berpengaruh
terhadap konflik fisik dan karyawan sehari-hari, jika seorang karyawan tidak
dapat mengatasi beban bahaya ini dengan baik maka karyawan tersebut akan
jatuh dalam kondisi bosan, jenuh, stress dan akan mengalami gangguan serta
keluhan penyakit serta menurunkan produktivitas kerja keryawan.
Gejala stress :
1.
Kepuasan kerja rendah.
2.
Kinerja yang menurun.
3.
Semangat dan energi menjadi hilang.
4.
Komunikasi tidak lancer.
5.
Pengambilan keputusan jelek.
6.
Kreatifitas dan inovasi kurang.
7.
Bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif.
8. Pengelolaan stress dapat
dilakukan melalui.
9. pendekatan individu dann organisasi.
Gangguan emosional yang timbul
:
1. Cemas
2. Gelisah
3. Gangguan kepribadian
4. Penyimpangan seksual
5. Ketagihan
alkohol dan psikotropika, Faktor risiko psikologis dalam kecelakaan adalah
potensi pikiran, perasaan, dan perilaku yang mungkin terjadi sebagai akibat
dari peristiwa stres.
2.4 Pengenalan Potensi Bahaya di Tempat Kerja
Merupakan dasar untuk mengetahui pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta
dapat dipergunakan untuk mengadakan upaya-upaya pengendalian dalam rangka
pencegahan penyakit akibat kerja yang mungkin terjadi. Secara umum, potensi bahaya
lingkungan kerja dapat berasal atau bersumber dari berbagai faktor, antara lain
:
1. Faktor teknis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada
peralatan kerja yang digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri
2. Faktor lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di
dalam lingkungan, yang bisa bersumber dari proses produksi termasuk bahan baku,
baik produk antara maupun hasil akhir
3. Faktor manusia, merupakan potensi bahaya yang cukup besar terutama
apabila manusia yang melakukan pekerjaan tersebut tidak berada dalam kondisi
kesehatan yang prima baik fisik maupun psikis.
2.5 Potensi Bahaya Psiko-sosial
Potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek
psikologis ketenaga kerjaan yang kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian
seperti: penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat,
kepribadian, motivasi, temperamen atau pendidikannya, sistem seleksi dan
klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja
dalam melakukan pekerjaannya sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang
diperoleh, serta hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak serasi
dalam organisasi kerja. Kesemuanya tersebut akan menyebabkan terjadinya stress
akibat kerja.
Faktor psikososial utama yang berperan adalah stress, dimana stressor kerja
dapat berupa hubungan antar pekerja maupun beban kerja (secara kuantitatif atau
kualitatif).
Hasil studi di Jepang menunjukkan bahwa:
Kelelahan fisik akibat kerja sebesar 70 – 74%
Kelelahan mental akibat kerja sebesar 73 – 75% (lebih tinggi)
Penderita jantung koroner memiliki waktu kerja lebih dari 60 jam per minggu
tinggi)
Di Indonesia, stress akibat kerja juga dapat menimbulkan berbagai gangguan
kesehatan, seperti jantung koroner, gangguan mental emosional, gangguan haid,
gangguan tidur, abortus, dsb.
Seorang manusia pada hakikatnya akan selalu menerima rangsangan (baik
fisik, kimia, biologis, maupun psikis) dan menimbulkan reaksi atas hal
tersebut. Pengalaman
ini akan direkam dalam memori, kemudian nantinya akan menentukan reaksi
seseorang dalam menghadapi masalah serupa atau lainnya. Tentunya, pengalaman
yang berbeda akan membuat orang bereaksi secara berbeda pula. Bentuk reaksi ini
dapat timbul dalam 2 pilihan: distress atau stress.
Stress merupakan suatu sindrom berupa respon non-spesifik dari organisme terhadap rangsangan dari luar dirinya. Sementara itu, stress kerja merupakan reaksi terhadap suatu stressor (pemicu/sumber stress) yang ada di tempat kerja, umumnya merupakan hasil akumulasi.
Stress merupakan suatu sindrom berupa respon non-spesifik dari organisme terhadap rangsangan dari luar dirinya. Sementara itu, stress kerja merupakan reaksi terhadap suatu stressor (pemicu/sumber stress) yang ada di tempat kerja, umumnya merupakan hasil akumulasi.
Yang
dapat menjadi sumber stress di pekerjaan antara lain:
1.
Lama waktu bekerja (sekian tahun), posisi (jabatan), tugas, kewajiban, tanggung
jawab sebagai pengawas, dsb.
2.
Faktor intrinsik dalam pekerjaan: kesesuaian lingkungan/orang dan kepuasan
kerja, peralatan, pelatihan, shift kerja, kerja overload atau underload, bahaya
fisik, harga diri terkait pekerjaan
3.
Peranan dalam organisasi: ambiguitas peran, konflik peran, tanggung jawab
orang-orang, batas-batas organisasional
Perkembangan karir: dipromosikan/tidak, kurangnya keamanan kerja,
ambiguitas pekerjaan di masa yang akan datang, status congruency, kepuasan
terhadap bayaran.
Hubungan / dukungan sosial: dengan kolega, supervisor, bawahan
Struktur dan iklim organisasional: politik, konsultasi/komunikasi, partisipasi dalam membuat keputusan, dsb.
Struktur dan iklim organisasional: politik, konsultasi/komunikasi, partisipasi dalam membuat keputusan, dsb.
2.6 Pengontrolan Bahaya
Psikososial
Upaya pegendalian
atau pencegahan bahaya resiko, terhadap stress kerja padakaryawan ,
kegelisahan, depresi , penghargaan diri yang kurang sampai meningkatnyagejala
penyakit jantung.
1. Elimination adalah
menghilangkan semua faktor risiko dari process kerja yangmenjadi sumber bahaya.
2. Substitution adalah
Mengganti hal-hal yang mempunyai pengaruh berbahayaterhadap psikis dan fisik
pekerja
3. Minimasi adalah
Memperkecil kemungkina timbulnya bahaya
4. Engineering
Control adalah pendekatan secara teknik misalnya : penilaiankinerja pekerja,
5. Administrative
Control adalah pengawasan terhadap keputusan atau peraturan- peraturan
yang telah disepakati bersama.
6. Supervisi atau
bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pekerja sehinggafaktor resiko timbulnya
bahaya dapat dikurangi
7. PPE atau
APD : Sebagai pelindung antara pekerja dan hal-hal
pencetus bahaya dengan pemahaman pekerja yang baik dan pendekatan diri terhadap
2.7 ROLEPLAY
Di sebuah kamar pasien Pav I no 3.
Datanglah seorang perawat.
ORIENTASI
Suster : "Selamat pagi mas? Perkenalkan nama saya ners Gabby
nur inayah, biasa dipanggil ners
Gabby, kalo boleh tau mas namanya siapa?suka di panggil apa?
Pasien : (Diam saja sambil melotot)
Suster : "Mas, perkenalkan nama saya ners Gabby, mas namanya
siapa?
Pasien: "TARMIN"(dengan nada ketus)
Suster : "Och.. mas Tarmin, mas Tarmin hari ini kabarnya
bagaimana?"
Pasien : (diam)
Suster : mas Tarrmin, suster nanya nih
Pasien : (Diam Suster "Kenapa mas Tarmin? Lagi tidak enak
badan ta? Kok diam saja?
Pasien : (Diam)
Suster : "yaudah kalo mas Tarmin tidak mau berbicara sekarang.
10 menit lagi suster kembali, suster
harap mas Tarmin sudah mau bicara 10 menit kemudian
KERJA
Suster : (Loh muka kaget) mas Tamin kok kepalanya dibentur2in,
jangan dong mas."
Pasien : (sambil membentak suster) "Biarin, Pereuma saya
hidup, saya ini orang yang gak berguna,
orang bodoh"
Suster : (Berusaha menarik pasien dari tembok) "Siapa yang
bilang mas Tarmin ini tidakberguna?"
Pasien: "Saya ini gak berguna!!"(sambil teriak)
Suster : "Di dunia ini tidak ada yang tidak berguna mas
Tarmin, semua yangdi ciptakan oleh Tuhan pasti ada manfaatnya. Apalagi mas
Tarmin masih mempunyai tubuh yang lengkap"
Pasien : (tertunduk)
Suster : "Begini saja mari suster ajak mas Tarmin jala-jalan
ke taman, bagaimana?
Pasien : "ngapain?"
Suster : biar pikiran mas Tarmin tenang tidak marah-marah lagi.
Pasien : (pasien mau menerima ajakan suster).
Di Taman
Suster : mas gimana uda bisa merasa tenang belum perasaannya
sekarang
Pasien : (termenung)
Suster : mas kalau boleh suster tau sebenamya ada apa kok mas
mengatakan bahwa mas itu tidak berguna?
Pasien : saya merasa malu dan tidak berguna sus sebab saya tidak
lulus UAN. bodoh soalbegitu saja saya tidak lulus...
Suster : mas kegagalan itu bukan akhir segalanya tupi kegagalan itu
adalah keberhasilan yatng tertunda.
Pasien : tapikan tetep aja gagal. (lalu mengepalkan tangan dan
seolah ingin memukul tanah)
Suster : emang ya Mas Tamin! apa yang membuat Tamin kesal?
Pasien : saya kesal kalau ada yang tanya-tanya sama saya tentang
ketidaklulusan saya rasanya ingin saya
pukul saja mereka
Suster : ooh, begitu. Mas Tamin ini kesal kalau ada yang menanyakan
tentang ketidak lulusan itu ya. sekarang
coba dipikirkan, memukul seseorang yang tidak bersalah itu perilaku yang baik
atau tidak
Pasien : tidak sus
Suster : yaa bagus. Itu perilaku yang tidak baik. Itu kan bisa
melukai orang itu. Selain itu tangan Mas
Tamin kan bisa jadi sakit atau luka. Bagainmana menurut Tamin?
Pasien : iya ya sus. Tidak
ada gunanya juga memukul orang lain. Malah membuat tangan saya pegal pegal.
Suster : baiklah, kalau begitu.. mari suster ajarkan cara untuk
mencegah Mas Tamin melakukan kekerasan, Kalau timbul rasa kesal pada diri Mas
Tamin, sesegera mungkin tarik napas dalam. Instruksikan diri Mas Tamin untuk
tenang. Ayo sckarang dicoba
Pasien mempraktekkan nafas dalam
TERMINASI
Suster ya bagus : Sekarang bagaimana perasaan Tamin?
Pasien : Kalau saya masih merasa kesal bagaimana, Sus?
Suster : Kalau Tamin masih kesal, cobalah untuk mengekspresikannya
ke benda yang tidak bahaya. Memukul bantal misalnya. Ayo sekarang dicoba
Pasien : begini sus? lya sus, saya lega sekarang
Suster : naaah.. bagus. Begitu kan lebih baik. Apakah Tamin sudah
mengerti?
Pasien : iya sus (menganggukkan kepala)
Suster : yakin Tamin bisa mengendalikan emosi dengan baik. Kalau
begitu sesuai kontrak tadi bahwa kita mengobrol 10 menit saja. Sekarang sudah
10 menit, suster melanjutkan pekerjaan suster ya. Tamin bisa mencari kesibukan yang
lain
Pasien : baik sus.
Suster : besok suster akan menemiui Tamin lagi untuk menanyakan 2
cara yang tadi sudah suster ajarkan sudah Tamin kerjakan atau belum. Tamin mau
kita bertemu kapan dan di mana?
Pasien : pagi jam 9 sus. Di taman.
Suster : baik pagi jam 9, di taman ya. Sampai hertemu besok
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keselamatan
pasien adalah bebas dari cideran fisik dan psikologis yang menjamin keselamatan
pasien, melalui penetapan system operasional, meminilisasi terjadinya kesalahan,
mengurangi rasa tidak aman pasien dalam sistem perawatan kesehatan dan
meningkatkan pelayanan yang optimal (canadian nursing association, 2004)
Suardi
R. (2005) menyatakan bahwa hazards adalah sesuatu yang berpotensi menjadi
penyebab kerusakan. Ini dapat mencakup substansi, proses kerja, dan atau aspek
lainnya dari lingkungan kerja.
Bahaya
psikososial kerja dapat didefinisikan sebagai aspek-aspek dari desain kerja,
organisasi kerja dan manajemen kerja, serta segala aspek yang berhubungan
dengan lingkungan sosial kerja yang berpotensi dapat menyebabkan gangguan pada
psikologi dan fisik-fisiologi pekerja ( Cox & Griffiths, 2002 ) dalam
Research on Work-Related Stress 2002.
Bahaya psikososial ini secara langsung atau tidak akan berpengaruh
terhadap konflik fisik dan karyawan sehari-hari, jika seorang karyawan tidak
dapat mengatasi beban bahaya ini dengan baik maka karyawan tersebut akan
jatuh dalam kondisi bosan, jenuh, stress dan akan mengalami gangguan serta
keluhan penyakit serta menurunkan produktivitas kerja keryawan.
Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja merupakan dasar untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat dipergunakan untuk mengadakan
upaya-upaya pengendalian dalam rangka pencegahan penyakit akibat kerja yagmungkin
terjadi.
Potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek
psikologis ketenaga kerjaan yang kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian
seperti: penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat,
kepribadian, motivasi, temperamen atau pendidikannya, sistem seleksi dan
klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja
dalam melakukan pekerjaannya sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang
diperoleh, serta hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak serasi
dalam organisasi kerja.
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber - sumber yang lebih banyak yang dapat di pertanggung jawabkan.
Semoga
makalah ini bermanfaat untuk semua kalangan terutama bagi kami sendiri sebagai
penulis dari makalah ini. Dan diharapkan dengan adanya makalah ini rekan
mahasiswa Perawat lebih memahami tentang Upaya Mencegah Hazard Psikososial
serta untuk lebih menambah wawasan mahasiswa sehingga bermanfaat di masa yang akan
datang.
Daftar Pustaka
1.)
Hadi, Irwan. 2016. Manajemen Keselamtan Pasien ( Teori&
Aplikasi ). Yogyakarta:Deepublish, http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/IV_FAKTOR_ERGONOMI_PSIKOLOGI.pdf
Diakses 12 Desember 2013
Di akses 12 Desember 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar