IDENTIFIKASI MASALAH KEPERAWATAN MENURUT TEORI MEDELINE
LEININGER (KASUS 2)
Dosen pembimbing :
Luluk Fauziyah J. S.Kep., Ns.,
M.Kep
Kelompok
2
Abdur rochman 18142010002
Bela rista andini 18142010006
Farahdina ihsanti 18142010010
Gamariya assegaf 18142010011
Jannatul ma’wa 18142010013
Moh. Fakhrus abdillah 18142010018
Nailil asma hani 18142010023
Ummi syafira 18142010032
Zahrina 18142010034
Sa’adah 18142010040
PROGRAM
STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES
NGUDIA HUSADA MADURATAHUN AJARAN 2018-2019
A.
TEORI SUNRISE MODEL (Medeline
Leinenger)
Teori Leininger dikembangkan dari
antropologi dan keperawatan, namun diformulasikan menjadi keperawatan
transkultural dengan perspektif asuhan pada manusia. Leinenger mengembangkan
metode penelitian enthnonursing dan menegaskan pentingnya
mempelajari seseorang dari pengetahuan dan pengalaman lokal mereka, kemudian
menghadapkan mereka dengan perilaku dan kepercayaan yang ada di luar diri
mereka (Alligood, 2006). Sunrise model dikembangkan untuk memberikan
gambar konseptual yang holistik dan komprehensif dari faktor-faktor utama yang
berperan penting dalam teori keragaman asuhan budaya & kebersamaan asuhan
budaya (Parker, 2001). Dalam model sunrisenya menampilkan visualisasi hubungan
antara berbagai konsep yang signifikan ide pelayanan dan keperawatan.
Memberikan asuhan merupakan jantung dari keperawatan dan merupakan
karakteristik dasar dari keperawatan. Terdapat 7 komponen yang ada pada
"Sunrise Model" dan dapat menjadikan inspirasi dalam penelitian
khususnya yang berkaitan dengan asuhan transkultural yaitu :
a. Faktor
Teknologi (Tecnological Factors)
Teknologi
kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran
menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji lebih
dalam tentang persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah
kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan
alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi
untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.
b. Faktor
Agama Dan Falsafah Hidup (Religious And Philosophical
Factors)
Factors)
Agama adalah suatu simbol yang
mengakibatkan pandangan yang
amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang
sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di
atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat
adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien
terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang
berdampak positif terhadap kesehatan.
amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang
sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di
atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat
adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien
terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang
berdampak positif terhadap kesehatan.
c. Faktor
Sosial Dan Keterikatan Keluarga (Kinship And Social Factors)
Perawat pada tahap ini harus
mengkaji faktor-faktor : nama
lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan
hubungan klien dengan kepala keluarga.
lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan
hubungan klien dengan kepala keluarga.
d. Nilai-Nilai
Budaya Dan Gaya Hidup (Cultural Value And Life Ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu
yang dirumuskan dan ditetapkan
oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma
budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas
pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :
posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang
digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi
sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan
membersihkan diri.
oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma
budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas
pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :
posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang
digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi
sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan
membersihkan diri.
e. Faktor Kebijakan Dan
Peraturan Yang Berlaku (Political And Legal
Factors)
Factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit
yang berlaku adalah segala
sesuatu yang mempengaruhi kegiatan – kegiatanindividu dalam asuhan
keperawatan lintas budaya. Yangsangat perluuntukdilakukanpengkajian
pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan
jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara
pembayaran untuk klien yang dirawat.
sesuatu yang mempengaruhi kegiatan – kegiatanindividu dalam asuhan
keperawatan lintas budaya. Yangsangat perluuntukdilakukanpengkajian
pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan
jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara
pembayaran untuk klien yang dirawat.
f. Faktor Ekonomi
(Economical Factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit
memanfaatkan sumber-sumber
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan
klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,
biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor
atau patungan antar anggota keluarga.
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan
klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,
biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor
atau patungan antar anggota keluarga.
g. Faktor
Pendidikan (Educational Factors)
Latar belakang pendidikan klien
adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi
pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti
ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi
terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang
perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis
pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri
tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi
pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti
ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi
terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang
perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis
pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri
tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
Empat prinsip atau ajaran utama
dari teori keperawatan transkultural adalah sebagai berikut (Alligood, 2006):
1. Ekspresi,
arti, pola dan perilaku asuhan budaya bermacam-macam namun masih ada
nilai-nilai yang bersifat umum dan universal.
2. Pandangan
dunia terdiri dari berbagai faktor struktur sosial seperti agama, ekonomi,
nilai budaya, sejarah bangsa, konteks lingkungan, bahasa, asuhan umum dan
professional yang mempunyai pengaruh sangat besar terhadap pola asuhan budaya
untuk memprediksi kesehatan, kesejahteraan manusia, penyakit, penyembuhan dan
cara orang dalam menghadapi kecacatan maupun kematian.
3. Nilai
generik dan nilai professional dalam konteks lingkungan yang berbeda akan
berpengaruh besar terhadap pencapaian derajad kesehatan dan kesakitan
4. Dari
penjelasan ketiga prinsip diatas, maka diperlukan cara untuk memberikan asuhan
yang sesuai dengan budaya, aman dan bermanfaat. Ada 3 model keputusan dan
intervensi yang didasarkan pada budaya yaitu: (1) preservasi asuhan budaya atau
mempertahankan, (2) akomodasi asuhan budaya atau negosiasi, dan (3)
Restrukturisasi asuhan budaya atau merubah pola. Model keputusan dan intervensi
yang didasarkan pada budaya dianggap sebagai kunci keberhasilan dari asuhan
yang aman, bermanfaat dan sesuai dengan budaya.
B. ANALISA
KASUS
Kasus
2
Klien Tn.D berusia 35 tahun, tinggal
bersama istri dan kedua orang anaknya di Tegal Jawa Tengah. Pendidikan terakhir
klien adalah SMA. Klien bekerja di Pabrik. Istri klien bernama Ny.E berusia 28
tahun, pendidikan terakhir SMP. Istri klien seorang buruh cuci. Setiap bulan
penghasilan klien sekitar Rp800.000, dan penghasilan istri klien Rp15.000 per
hari. Klien dan keluarganya beragama Islam. Setiap harinya klien selalu
melaksanakan sholat berjemaah bersama keluarga kecilnya. Sehari – hari klien
menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia. Sehari – hari klien tidak dapat lepas
dari kebiasaannya untuk merokok. Baginya merokok merupakan suatu identitas
bahwa dirinya seorang laki – laki sejati. Klien telah merokok selama 10 tahun.
Kebiasaan tersebut tidak dapat
dihentikan oleh klien karena jika tidak merokok klien merasa mulutnya pahit.
Bahkan klien lebih memilih menahan lapar daripada harus menahan untuk tidak
merokok. Dan karena sibuk bekerja klien jarang untuk berolahraga. Dalam
seminggu terakhir ini klien mengalami batuk dan sering kambuh ketika cuaca
dingin. Merasakan sakit pada bagian dada, pundak, punggung, dan lengan disertai
dengan penurunan berat badan. Klien dan istrinya menganggapnya bahwa itu adalah
hal yang biasa dan efek dari kelelahan karena bekerja. Untuk memperbaiki
kondisinya, klien mendapat wejangan dari mertuanya untuk banyak memberikan buah
dan sayur seperti kembang kol, brokoli, kubis, kentang, jus apel, dan manggis.
Karena menurut kepercayaan buah dan sayur yang berwarna hijau dapat menambah
tenaga dan kesehatan, sedangkan buah dan sayur yang berwarna merah dipercaya
menambah tenaga dan kesungguhan (yang dimaksud kesungguhan untuk sembuh).
Namun dalam pengolahan buah dan sayur
tersebut istri klien memotongnya lebih dahulu baru kemudian dicuci dan saat
merebusnya tidak di tutup. Karena dirasa kondisi klien tidak membaik maka
istrinya membawa klien ke RS Cepat Sembuh untuk periksa. Oleh dokter yang
memeriksa klien sudah dicurigai mengidap kanker paru, untuk memastikan hal
tersebut, klien harus melakukan pemeriksaan MRI. Setelah hasilnya keluar,
ternyata dugaan dokter tersebut benar. Klien menderita kanker paru – paru. Dan
saat di diagnosa kanker paru stadiun IIB. Dimana kanker tersebut telah menyebar
ke kelenjar getah bening, dinding dada, diafragma, lapisan yang mengelilingi
jantung. Setelah dianamnesa oleh perawat ternyata klien mempunyai kebiasaan
merokok dan jarang berolahraga. Akhirnya klien disarankan untuk melakukan
kemoterapi.
Namun klien menolak untuk melakukan
kemoterapi. Karena klien dan istrinya merupakan orang jawa asli sehingga mereka
masih kental menganut tradisi dari budaya jawa. Klien percaya bahwa dengan melakukan
pernafasan segitiga yang berasal dari nenek moyangnya akan dapat menyembuhkan
segala macam penyakit termasuk kanker paru yang dideritanya. Dan menurut klien
dengan pernafasan segitiga ini klien tidak perlu mengeluarkan banyak biaya.
PENGKAJIAN
Identitas Pasien
Nama
pasien : Tn. D
Usia
: 35 Tahun
Agama
: Islam
Jenis
kelamin : Laki-laki
Pekerjaan
: Buruh Pabrik
Suku
: Jawa
Bangsa
: Indonesia
Penanggung Jawab
Nama pasien : Ny. E
Usia : 28 Tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Buruh cuci
Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia
1.
Faktor
Teknologi
klien harus melakukan pemeriksaan MRI. Klien
disarankan untuk melakukan kemoterapi.
2.
Faktor
Agama Dan Falsafah Hidup
Klien
dan keluarganya beragama Islam. Setiap harinya klien selalu melaksanakan sholat
berjemaah bersama keluarga kecilnya.
3.
Faktor
Sosial Dan Keterikatan Keluargaan
Klien
Tn.D berusia 35 tahun, tinggal bersama istri dan kedua orang anaknya di Tegal
Jawa Tengah. Pendidikan terakhir klien adalah SMA. Klien bekerja di Pabrik.
Istri klien bernama Ny.E berusia 28 tahun, pendidikan terakhir SMP. Istri klien
seorang buruh cuci.
4.
Faktor
Nilai-Nilai Budaya Dan Gaya Hidup
Sehari – hari klien menggunakan bahasa
Jawa dan Indonesia. Sehari – harinya
klien tidak dapat lepas dari kebiasaannya yaitu merokok. Baginya merokok merupakan
suatu identitas bahwa dirinya seorang laki – laki sejati. Klien telah merokok
selama 10 tahun. Kebiasaan
tersebut tidak dapat dihentikan oleh klien karena jika tidak merokok klien
merasa mulutnya pahit. Bahkan klien lebih memilih menahan lapar daripada harus
menahan untuk tidak merokok.
wejangan dari mertua klien untuk banyak memberikan buah dan
sayur seperti kembang kol, brokoli, kubis, kentang, jus apel, dan manggis.
Karena menurut kepercayaan buah dan sayur yang berwarna hijau dapat menambah
tenaga dan kesehatan, sedangkan buah dan sayur yang berwarna merah dipercaya
menambah tenaga dan kesungguhan (yang dimaksud kesungguhan untuk sembuh). Klien dan istrinya merupakan orang
jawa asli sehingga mereka masih kental menganut tradisi dari budaya jawa. Klien
percaya bahwa dengan melakukan pernafasan segitiga yang berasal dari nenek
moyangnya akan dapat menyembuhkan segala macam penyakit termasuk kanker paru
5.
Faktor
Politik
Pasien tidak bekerja di bidang politik dan tidak cukup
tau tentang politik.
a. Kebijakan
dan peraturan pelayanan kesehatan :
Klien mengalami batuk
dan sering kambuh ketika cuaca dingin, merasa sakit pada bagian dada, pundak,
dan punggung.
b. Kebijakan
yang di dapat di RS cepat sembuh.
Klien di sarankan
melakukan pemeriksaan MRI dan untuk pengobatan
kemoterapi.
kemoterapi.
6.
Faktor
Ekonomi
Klien
bekerja di Pabrik.Istri klien seorang buruh cuci. Setiap bulan penghasilan
klien sekitar Rp800.000, dan penghasilan istri klien Rp15.000 per hari.
7.
Faktor
Pendidikan
Pendidikan terakhir klien SMA dan
pendidikan terakhir istri klien SMP.
C.
ANALISA DATA
1.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
No
|
Data
|
Analisis
Data
|
Dx.
Keperawatan BIO, Psiko, Sosial, Culture
|
Paraf
|
1
|
Ds: Tn.D menyatakan telah merokok
selama 10 tahun.
Do: tampak sesak, batuk, dan terdapat
penurunan berat badan
|
P: Perilaku kesehatan cenderung berisiko
E: kurang pemahaman
S:
merokok
|
Perilaku kesehatan cenderung berisiko yang
berhubungan dengan kurang pemahaman yang dibuktikan dengan merokok.
(NANDA,145)
|
|
2
|
Ds:
Tn.D menyatakan akhir akhir ini jarang berolahraga
Do: Klien tampak lelah, lesu dan
gelisah
|
P: Perilaku Gaya hidup kurang gerak
E: kurang pengetahuan tentang
keuntungan olah raga bagi kesehatan
S:
rata
– rata aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan menurut gender dan
usia.
|
Gaya hidup kurang gerak berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang keuntungan olah raga bagi kesehatan dibuktikan dengan
rata – rata aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan menurut gender
dan usia. (NANDA,140)
|
2. INTERVENSI KEPERAWATAN
No
|
Tanggal
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi Keperawatan
|
paraf
|
1.
|
Rabu, 27 November
2019
|
Setelah di lakukan
asuhan keperawatan kepada Tn.D selama 3x24 jam didapatkan perilaku berhenti merokok (NOC, 2019
hal.533-533) dengan indikator :
1) mengidentifikasi
manfaat dari berhenti merokok, skala 3 ke 1 (162506)
2) mengindentifikasi
konsekuensi negatif dari penggunaan rokok, skala 3 ke 1 (162504)
3) membangun
strategi yang efektif untuk berhenti merokok, skala 3 ke 1 (162505)
4) berhenti
merokok, skala 3 ke 2 (162528)
5) komitmen
tanpa rokok skala 3 ke 2 (162529)
|
Bantuan Penghentian Merokok (NIC,
2019; hal.65)
1)
Berikan saran yang konsisten dan
jelas untuk berhenti merokok (poin 4)
2)
Ajarkan pasien mengenai gejala
fisik pemutusan nikotin ( misalnya
sakit kepala, pusing, mual, iritabilitas, insomnia) (poin 6)
3)
Sarankan untuk menghindari
tembakau tanpa asap, mencelupkan, dan mengunyah karna ini dapat menyebabkan
kecanduan atau masalah kesehatan termasuk kanker mulut, masalah gusi,
kehilangan gigi, dan maslah jantung (poin 24)
|
|
2
|
Rabu, 27 November
2019
|
Setelah di lakukan
asuhan keperawatan kepada Tn.D selama 1x24 jam didapatkan penurunan ancaman kanker (NOC, 2019 hal.533-533) dengan indikator :
1) Tanda peringatan kanker (skala 3 ke 5) (183401)
2) Manfaat olahraga teratur (skala 3 ke 5) (183408)
|
Manajemen lingkungan keselamatan kerja (NIC,2019; hal.192)
1)
Identifikasi bahaya dan stresor di lingkungan kerja (misalnya. Bahaya
fisik,biologi,kimiawi,argonomik) (poin 3)
2)
Inisiasi program peningkatan kesehatan tempat kerja berdasarkan hasil
pengkajian,resiko pekerjaan (misalnya. Berhenti merokok,menejemen
stress,imunisasi) (poin 14)
Menejemen perilaku (Nic, 2019 hal.200)
1)
Tingkatkan aktifitas fisik, dengan cara yang tepat (poin 10)
|
3. IMPLEMENTASI
No.
|
Tanggal /Jam
|
Implementasi
|
Paraf
|
1.
|
|
Bantuan Penghentian Merokok (NIC, 2019; hal.65)
1)
Memberikan saran yang konsisten
dan jelas untuk berhenti merokok (poin 4)
2)
Mengajarkan pasien mengenai
gejala fisik pemutusan nikotin ( misalnya sakit kepala, pusing, mual,
iritabilitas, insomnia) (poin 6)
3)
enyarankan untuk menghindari
tembakau tanpa asap, mencelupkan, dan mengunyah karna ini dapat menyebabkan
kecanduan atau masalah kesehatan termasuk kanker mulut, masalah gusi,
kehilangan gigi, dan maslah jantung (poin 24)
|
|
2.
|
|
Manajemen lingkungan keselamatan kerja (NIC,2019; hal.192)
1)
Mengidentifikasi bahaya dan stresor di lingkungan kerja
(misalnya. Bahaya fisik,biologi,kimiawi,argonomik) (poin 3)
2)
Menginisiasi program peningkatan kesehatan tempat kerja
berdasarkan hasil pengkajian,resiko pekerjaan (misalnya. Berhenti
merokok,menejemen stress,imunisasi) (poin 14)
3)
Menejemen perilaku (Nic, 2019 hal.200)
Meningkatkan aktifitas fisik, dengan cara yang tepat
(poin 10)
|
4. EVALUASI
Tanggal/Jam
|
No. Diagnosa
|
Evaluasi
|
Paraf
|
Senin, 02-12-2019 / jam 13.50 WIB
|
(00188)
(00168)
|
S : kien mengatakan bahwa klien telah mengurangi jumlah rokok
O : klien tampak gelisah
A : tujuan belum tercapai
P : intervensi dilamjutkan
1)
Memberikan saran yang konsisten
dan jelas untuk berhenti merokok (poin 4)
2)
Mengajarkan pasien mengenai
gejala fisik pemutusan nikotin ( misalnya sakit kepala, pusing, mual,
iritabilitas, insomnia) (poin 6)
3)
Menyarankan untuk menghindari
tembakau tanpa asap, mencelupkan, dan mengunyah karna ini dapat menyebabkan
kecanduan atau masalah kesehatan termasuk kanker mulut, masalah gusi,
kehilangan gigi, dan maslah jantung (poin 24)
S : klien mengatakan telah berolahraga sesuai yang telah dianjurkan
O : klien tampah kelelahan
A : tujuan belum tercapai
P : intervensi dilanjutkan
1)
Mengidentifikasi bahaya dan stresor di lingkungan kerja
(misalnya. Bahaya fisik,biologi,kimiawi,argonomik) (poin 3)
2)
Menginisiasi program peningkatan kesehatan tempat kerja
berdasarkan hasil pengkajian,resiko pekerjaan (misalnya. Berhenti
merokok,menejemen stress,imunisasi) (poin 14)
Menejemen perilaku (Nic, 2019 hal.200)
Meningkatkan aktifitas fisik, dengan cara yang tepat
(poin 10)
|
|
- KESIMPULAN
Menurut kelompok kami intervensi yang di lakukan dalam asuhan keperawatan
ini pendapat dari kedua belah pihak yaitu perawat atau dokter dan keluarga
pasien tidak sependapat, akan tetapi pendapat dari ibu mertuanya pasien tidak
salah karena di anjurkan untuk mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan dan
itu semua masih dalam kondisi yang baik dan juga dari keluarga pasien minimnya
pengetahuan. Maka dengan ini kami memberikan penkes kepada klien dan keluarga
klien untuk menambah informasi atau pengetahuan bagi klien dan keluarga untuk
menghindari kurang pemahaman kesehatan khususnya dalam bidang penyakit CA paru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar